Allah SWT telah menurunkan 4 kitab suci kepada para Rasul, yaitu Taurat kepada Nabi Musa AS, Zabur kepada Nabi Daud AS, Injil kepada Nabi Isa AS, dan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Tiga kitab suci yang pertama mempunyai nama secara khusus, namun kitab suci terakhir “cukup” diberi nama Qur’an yang artinya adalah “bacaan”. Pemberian nama yang demikian tentu memiliki maksud, khususnya tentang cara kita umat Islam dalam menggunakan Al-Qur’an sebagai pegangan hidup.
Secara tegas ayat pertama Al-Qur’an yang diturunkan adalah perintah untuk membaca. Hal ini mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an diturunkan pertama-tama untuk menjadi bacaan umat manusia. Kemudian Allah SWT juga berfirman:
اِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهٗ وَقُرْاٰنَهٗ – ١٧
فَاِذَا قَرَأْنٰهُ فَاتَّبِعْ قُرْاٰنَهٗ – ١٨
ثُمَّ اِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهٗ – ١٩
“Sesungguhnya tugas Kamilah untuk mengumpulkan (dalam hatimu) dan membacakannya. Maka, apabila Kami telah selesai membacakannya, ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya tugas Kami (pula)-lah (untuk) menjelaskannya.” (QS. Qiyamah 75:17-19)
Ayat di atas memberikan petunjuk yang ditujukan kepada Nabi Muhammad dalam menerima wahyu. Selain itu ayat tersebut juga dapat memberikan petunjuk kepada kita bahwa dalam mempelajari Al-Qur’an hal pertama yang harus dilakukan adalah membacanya. Al-Qur’an tidak untuk dibaca hanya sekali saja, namun untuk dibaca secara berulang dan terus-menerus sampai hafal. Dengan membaca dan menghafalnya seperti itu, kita secara perlahan-lahan dapat sambil merenungkan dan meresapi makna yang terkandung di dalam ayat-ayat Al-Qur’an tersebut dengan memanfaatkan akal pikir yang telah dianugerahkan oleh Allah. Dengan usaha yang kita lakukan untuk memaknai ayat-ayat Al-Qur’an, Allah kemudian akan memberikan petunjuk-Nya agar kita bisa mudah dalam memahami dan mengambil hikmahnya.
Untuk dapat memaknai ayat-ayat Al-Qur’an tidak hanya mengandalkan akal pikir semata, namun terdapat hal lain yang harus terpenuhi yaitu dengan keimanan dan kesucian hati dalam membaca dan mempelajarinya. Allah SWT berfirman:
اِنَّهٗ لَقُرْاٰنٌ كَرِيْمٌ – ٧٧
فِيْ كِتٰبٍ مَّكْنُوْنٍ – ٧٨
لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَ – ٧٩
تَنْزِيْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ – ٨٠
“Sesungguhnya ia benar-benar Al-Qur’an yang sangat mulia, dalam Kitab yang terpelihara. Tidak ada yang menyentuhnya, kecuali para hamba (Allah) yang disucikan. (Al-Qur’an) diturunkan dari Tuhan seluruh alam.” (QS. Al-Waqi’ah 56:77-80)
Bahwa sesungguhnya Al-Qur’an adalah bacaan yang sangat mulia, diturunkan dari Tuhan semesta alam melalui makhluknya yang suci yaitu malaikat, untuk hamba-hamba Allah yang bersih hatinya dan terdapat keimanan yang teguh pada dirinya. Hanya hamba-hamba yang demikianlah yang dapat mempelajari Al-Qur’an sehingga dapat memaknainya sebagai pegangan hidup yang dapat menyelamatkannya dunia dan akhirat.
Itulah mengapa kita sering diingatkan oleh para guru-guru kita untuk selalu membaca Al-Qur’an setiap hari, terus-menerus, dan diulang lagi dan lagi ketika sudah khatam. Jika kita membacanya secara berulang-ulang, berusaha mengerti arti dan tafsirnya dengan memanfaatkan daya pikir yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kita, serta dengan niat yang lurus dan bersihnya hati kita, maka Allah pasti akan memberikan pemahaman atas Al-Qur’an untuk bekal kehidupan kita di dunia dan di akhirat.
Daftar rujukan:
- The Qur’an and The Moon karya Imran Hosein
- Tafsir Al-Munir karya Wahbah az-Zuhaili