“Dari Abu Musa RA dari Nabi SAW, beliau bersabda, ‘Setiap muslim itu wajib bersedekah,’ ia bertanya, ‘Bagaimana kalau tidak memiliki apa-apa?’ Beliau menjawab, ‘Ia bekerja dengan usahanya sendiri sehingga bermanfaat untuk dirinya dan bersedekah,’ ia bertanya, ‘Bagaimana kalau tidak mampu?’ Beliau menjawab, ‘Hendaknya ia menolong orang yang lemah yang membutuhkan,’ ia bertanya, ‘Bagaimana kalau tidak mampu,’ bełiau menjawab, ‘Menganjurkan orang lain berbuat baik,’ kemudian ia bertanya lagi, ‘Bagaimana jika tidak mampu juga?’ Beliau menjawab, ‘Mencegah dirinya untuk berbuat jahat karena itu termasuk sedekah baginya.’” (Muttafaq Alaih)
Hadits ini menunjukkan bahwa Allah mewajibkan kita bersedekah dan sedapat mungkin setiap hari. Sedekah banyak bentuknya, yaitu dengan tasbih, takbir, tahlil, memerintahkan berbuat baik, mencegah yang mungkar, menolong orang lemah, dan banyak pintu kebaikan lainnya.
Tetapi jiwa ini ada kecenderungan selalu memerintahkan yang buruk, selalu menghalangi manusia untuk berbuat kebaikan. Setiap kali ingin berbuat kebaikan, ia membuka pintu lain seolah lebih baik, sehingga kesempatan berbuat baik itu hilang begitu sajua. Dengan demikian hendaknya setiap orang sedini mungkin memotivasi diri untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan. Setiap kali mendapatkan kesempatan segera menunaikannya, tanpa ditunda-tunda lagi, sebagaimana firman Allah:
“…. maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan….” (QS. Al-Maidah 5: 48)
Karena setiap kali seseorang dibukakan kesempatan untuk berbuat baik tetapi tidak memanfaatkannya, maka dikhawatirkan Allah akan membuatnya lambat berbuat baik. Sebagaimana sabda Rasulullah:
“Tidaklah suatu kaum senantiasa mengakhir-akhirkan amal kebaikan kecuali Allah benar-benar mengakhirkannya.” (HR. Muslim)
Dengan demikian, hendaknya seorang mukmin yang cerdas itu selalu memanfaatkan kesempatan untuk selalu berbuat kebaikan, selalu berjaga di depan pintu dan setiap kali terbuka cepat-cepat menunaikannya.
Sumber: Syarah Riyadhus Shalihin oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin