“Hari Kiamat tidak akan terjadi sebelum zaman semakin berdekatan (pendek): setahun seperti sebulan, sebulan seperti se-Jum’at (seminggu), se-Jum’at seperti sehari, dan sehari seperti sesaat. Satu saat yang dimaksud adalah nyala api yang membakar ranting kering.” (HR. Ahmad)
Hadits di atas dapat dimaknai secara hakiki atau pun secara kiasan, sebagaimana para ulama juga berbeda pendapat. Ketika dimaknai secara hakiki, berdasarkan ilmu pengetahuan eksak, fenomena ini dapat terjadi apabila perputaran bumi pada porosnya (rotasi) serta gerakan bumi dalam mengitari matahari (revolusi) mengalami perubahan. Jika rotasi bumi bertambah kecepatannya, maka akan mengakibatkan semakin cepatnya hari-hari berlalu. Kemudian hal ini dilanjutkan dengan penurunan kecepatan tersebut secara bertahap, sehingga secara berangsur-angsur akan kembali normal seperti sediakala. Pendapat seperti ini di antaranya disampaikan oleh Syaikh Muhammad Ahmad Al-Mubayyadh dalam bukunya yang berjudul Ensiklopedi Akhir Zaman.
Ada pun pendapat ulama yang lain umumnya memaknai hadist tersebut sebagai kiasan. Pendapat-pendapat tersebut di antaranya:
1. Maksud berjalannya waktu yang begitu cepat adalah dihilangkannya keberkahan pada segala sesuatu, termasuk waktu. Bisa jadi dulunya waktu seharian dapat dimanfaatkan seluruhnya untuk kebaikan, tetapi sekarang hanya beberapa saat saja yang dirasakan bermanfaat.
2. Maksud dari waktu berjalan begitu cepat adalah banyaknya kejahatan, kerusakan, dan kebodohan yang terjadi di akhir zaman.
3. Ada juga yang berpendapat bahwa maksud dari waktu berjalan begitu cepat adalah kenikmatan hidup yang terjadi setelah kemunculan Al-Mahdi dan Isa AS. Sampai-sampai banyak orang yang tidak merasakan berlalunya waktu karena asyik dengan kenikmatan masing-masing.
4. Makna dari waktu berjalan begitu cepat adalah dekatnya antara satu wilayah dengan wilayah yang lain. Dengan banyaknya sarana transportasi dan telekomunikasi menjadikan jarak atau perbedaan tempat bukanlah merupakan suatu penghalang. Jarak yang dulu ditempuh dalam beberapa bulan, kini dapat ditempuh dalam beberapa hari. Demikian juga dengan berbagai informasi yang ada, hanya dalam beberapa saat kita sudah bisa mendapatkannya.
5. Makna waktu yang berjalan semakin cepat karena dunia yang semakin terbuka dengan banyaknya berbagai tuntutan yang membuat kita tidak pernah merasa cukup waktu untuk memenuhinya. Hari begitu cepat berlalu tanpa bisa dioptimalkan pemanfaatannya sesuai dengan keinginan yang telah direncanakan. Fenomena inilah yang banyak kita jumpai sekarang ini, sehingga tidak sedikit orang yang mengatakan bahwa tahun begitu cepat berganti dan hari begitu cepat berlalu. Pendapat ini salah satunya disampaikan oleh Syaikh Imran Hosein dari Trinidad yang juga memberikan nasihat agar terlepas dari belenggu makna percepatan waktu tersebut dengan selalu menyempatkan membaca Al-Qur’an sehingga khatam setiap 1 bulan hijriah. Ketika seseorang tidak dapat mengkhatamkan Al-Qur’an setiap bulan, seseorang tersebut telah terjebak dalam sistem waktu dajjal dengan semua kesibukan dunia yang sedang dijalaninya.
Demikianlah pendapat-pendapat yang telah disampaikan oleh para ulama terkait kabar yang diberikan Nabi SAW tentang tanda akhir zaman yaitu semakin cepatnya waktu berjalan. Setidaknya dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa ada dua kemungkinan yang bisa digunakan dalam memahaminya, yaitu dengan memaknainya secara hakiki atau kiasan. Pemaknaan hakiki hingga sekarang ini belum kita rasakan. Besar kemungkinan hal ini baru dapat ditemui jika hari kiamat benar-benar sudah dekat. Ada pun jika dimaknai secara kiasan, maka sudah sejak lama hal ini dapat dirasakan oleh semua orang.
Wallahua’lam