Seperti biasa, Abdullah bin Rawahah menunaikan tugasnya. Sahabat Rasulullah yang agung itu setiap tahunnya pergi ke kampung orang-orang Yahudi Bani Quraidhah untuk menghitung taksiran panen kurma. Sesuai perjanjian, panen itu dibagi dua. Satu bagian untuk kaum muslimin di Madinah dan satu bagian lagi untuk orang-orang Yahudi itu.
Abdullah bin Rawahah terkenal kejeliannya dalam merinci taksiran hasil panen. Dari sana ia bisa membagi dengan sama kurma-kurma itu. Keadilan Abdullah bin Rawahah justru tidak disukai oleh orang-orang Yahudi. Maka suatu hari mereka berusaha menyuap Abdullah bin Rawahah agar bisa mendapatkan bagian kurma lebih banyak.
Mengetahui hal itu, Abdullah bin Rawahah berang. Kepada orang-orang Yahudi itu ia berkata, “Wahai musuh-musuh Allah, kalian hendak menyodorkan makanan yang haram kepadaku? Padahal demi Allah, aku datang dari sisi orang yang paling aku cintai (Rasulullah) dan kalian adalah orang-orang yang paling aku benci, lebih besar dari kebencianku terhadap kera dan babi. Tapi kebencianku kepada kalian dan kecintaanku kepada Rasulullah tidak mempengaruhiku untuk tidak berbuat adil terhadap kalian.”
Orang-orang Yahudi itu terdiam. Bahkan mereka kemudian memuji sikap Abdullah seraya berkata, “Karena perbuatan seperti inilah maka langit dan bumi menjadi tegak.”
Sumber: Majalah Tarbawi